UPACARA MITONI DAN TEDHAK SITEN ADAT DI JAWA SERTA HIDANGANYA

Upacara Tedhak siten atau mitoni adalah upacara adat jawa saat anak sudah lahir dan menjelang umur 7 bulan dan mulai belajar berjalan, dalam adat jawa proses ini merupakan bentuk rasa syukur kepada tuhan YME atas anak naya yang tumbuh sempurna dan sehat

tedhak siten itu apa

APA ITU UPACARA TEDHAK SITEN ?

Tedak siten adalah sebuah tradisi adat Jawa yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika seorang bayi lahir. Tradisi ini juga dikenal dengan sebutan “mitoni” di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tujuan dari acara tedak siten adalah untuk memperingati kelahiran bayi dan mendoakan agar bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sukses di masa depan.

Acara tedak siten biasanya dilakukan pada hari ke-7, 21, atau 35 setelah kelahiran bayi. Pada hari tersebut, keluarga bayi akan mengundang sanak saudara, tetangga, dan teman-teman dekat untuk datang ke rumahnya. Selama acara, biasanya akan diadakan doa bersama, upacara adat, dan makan bersama.

Di beberapa daerah, acara tedak siten juga diiringi dengan tarian dan musik tradisional seperti gamelan atau rebana. Selain itu, biasanya ada juga pemberian nama untuk bayi yang baru lahir, yang biasanya diserahkan kepada orang tua atau sesepuh adat.

Meskipun tedak siten lebih sering dilakukan oleh masyarakat Jawa, namun tradisi ini juga diadopsi oleh masyarakat di daerah lain di Indonesia dengan berbagai variasi.

tedhak siten itu apa
tedhak siten itu apa

SUSUNAN ACARA TEDHAK SITEN ITU APA SAJA

Prosesi tedak siten seperti apa
Prosesi tedak siten atau mitoni pada dasarnya sama dengan tradisi adat kelahiran bayi di Jawa pada umumnya, meskipun bisa ada perbedaan di tiap daerah atau keluarga. Berikut adalah beberapa prosesi umum yang biasanya dilakukan dalam acara tedak siten:

Doa Bersama


Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh adat atau seorang tokoh agama. Doa ini biasanya diucapkan untuk memohon keberkahan bagi bayi dan keluarga, serta doa agar bayi tumbuh sehat, cerdas, dan menjadi anak yang berbakti.

Upacara Tradisional


Setelah doa bersama, dilakukanlah upacara tradisional sebagai simbol perlindungan bagi bayi dari bahaya dan gangguan. Upacara ini biasanya melibatkan seorang dukun atau sesepuh adat yang akan melakukan prosesi pemberian susu pada bayi.

Pemberian Nama


Setelah prosesi upacara, biasanya ada pemberian nama untuk bayi yang baru lahir. Nama tersebut bisa berasal dari orang tua atau diambil dari kalender Jawa yang dipercayai memiliki arti dan makna tertentu.

Makan Bersama


Setelah upacara selesai, biasanya ada acara makan bersama yang diadakan untuk para tamu undangan. Makanan yang disajikan biasanya makanan tradisional seperti nasi kuning, lauk pauk, dan kue-kue khas.

Tarian atau Musik Tradisional / Hiburan lainya


Di beberapa daerah, acara tedak siten juga diiringi dengan tarian atau musik tradisional seperti gamelan atau rebana.

Prosesi tedak siten dapat berbeda-beda di setiap daerah atau keluarga, namun umumnya acara tersebut diadakan untuk memperingati kelahiran bayi dan mendoakan keselamatan serta kebahagiaan bagi bayi dan keluarga.

tedhak siten itu apa
tedhak siten itu apa

PERSIAPAN ACARA TEDHAK SITEN

Tedak Siten: Tradisi Jawa yang Membawa Harapan untuk Anak

Tedak siten merupakan salah satu tradisi adat dan budaya Jawa yang bertujuan untuk membantu anak tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang sukses di masa depan, dengan bimbingan dari orang tua dan restu Tuhan. Tradisi ini telah dilakukan turun-temurun sejak dahulu kala hingga kini.

Tradisi tedak siten bukan hanya doa dan harapan dari orang tua untuk anaknya, tetapi juga merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia Tuhan yang telah memberikan keturunan.

Upacara tedak siten dilakukan ketika seorang anak perempuan atau laki-laki berusia 7 lapan, yang berarti 245 hari (7 x 35 = 245 hari). Pada usia ini, anak sudah dapat berdiri dan menginjakkan kakinya di tanah.

Kata “tedak” berarti “melangkah”, sementara “siten” berasal dari kata “siti” yang artinya “tanah atau bumi”. Oleh karena itu, tedak siten memiliki makna “melangkah di bumi”.

Setiap Selapan memiliki lima hari Pasaran dengan nama yang berbeda, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Untuk melaksanakan upacara tedak siten, diperlukan persiapan yang matang dan tata cara yang harus diikuti. Namun, upacara ini tetap menjadi suatu momen penting dalam adat dan budaya Jawa untuk membawa harapan dan doa untuk anak yang akan melangkah di bumi.

Weton adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada hari Pasaran, dan menjadi hal yang penting bagi orang Jawa. Weton menentukan karakter, kepribadian, dan nasib seseorang.

Tedak siten merupakan tradisi yang harus dilaksanakan di pagi hari, tepatnya di halaman depan rumah. Dalam upacara ini, menggunakan sajen atau persembahan yang melambangkan permohonan doa kepada Tuhan, memohon berkat dan perlindungan, berkat para leluhur, serta melawan perbuatan jahat manusia dan roh jahat.

ACARA TEDHAK SITEN URUTAN DAN PERLENGKAPANNYA

Perlengkapan yang Diperlukan dan Susunan Acara Tedak Siten

Sebelum memulai upacara tedak siten, pihak orang tua perlu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu:

  1. Kurungan dari bambu seperti untuk mengurung ayam.
  2. Aneka jenang warna-warni yang terbuat dari ketan.
  3. Tangga dan kursi yang terbuat dari tebu.
  4. Ayam panggang yang ditusukkan pada batang tebu, ditemani pisang, aneka barang-barang dan mainan tradisional.
  5. Tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 warna, buah-buahan dan jajanan pasar.
  6. Uang kertas atau receh untuk disebarkan.
  7. Bayu gege (air gege) yang dibiarkan semalam di tempat terbuka dan terkena sinar matahari pagi hingga pukul 08.00.
  8. Ayam hidup yang dilepaskan dan diperebutkan oleh tamu undangan.

Setelah semua persiapan telah dilakukan, keluarga (orang tua, anak, dan kerabat) serta tamu undangan berkumpul di tempat upacara. Langkah-langkah ritual yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Berjalan di atas 7 Jenang Warna Anak dipandu untuk berjalan di atas jenang 7 warna yang berbeda (merah, putih, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu) yang terbuat dari beras ketan.

Ritual ini melambangkan bahwa di masa depan, anak harus mampu mengatasi segala hambatan dalam hidupnya.

Budayawan Jawa, Suryadi atau yang lebih dikenal dengan Ki Suryo, menjelaskan bahwa makna dari ritual ini adalah “hidup bermula dari kegelapan dan berakhir dengan cahaya”.

  1. Menginjak Tangga Tebu Selanjutnya, anak dibimbing untuk naik tangga yang terbuat dari tebu “Arjuna” dan kemudian turun. Tebu merupakan singkatan dari Antebing Kalbu.

Diharapkan bahwa ke depannya, anak dapat berperilaku seperti Arjuna, seorang pejuang sejati. Di harapkan anak bisa melangkah dalam hidup dengan tekad dan percaya diri seperti Arjuna yang heroik.

  1. Diletakkan di Tumpukan Pasir Setelah menginjak tangga tebu, anak dipandu dua langkah lagi dan diletakkan di atas tumpukan pasir. Ritual ini disebut “Ceker-Ceker”, di mana anak diminta untuk bermain pasir dengan kedua kakinya. Dalam budaya Jawa, ritual ini memiliki arti bahwa anak harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  2. Memasuki Kandang Ayam Selanjutnya, anak dipandu untuk masuk ke dalam kandang ayam yang telah dihias. Di dalam kandang tersebut terdapat berbagai barang seperti buku tulis, perhiasan, aksesoris emas, kalung, gelang, beras, kapas, dan barang-barang bermanfaat lainnya. Anak diminta untuk memilih salah satu barang yang ada di dalam kandang tersebut.

Pemilihan barang ini juga memiliki arti dalam budaya Jawa. Misalnya, jika anak memilih buku tulis, mungkin dia akan menjadi seorang akademisi atau bekerja di bidang yang membutuhkan keahlian menulis. Sedangkan jika memilih perhiasan, anak tersebut mungkin akan menjadi orang kaya. Setiap simbol di dalam kandang ayam tersebut menjadi petunjuk untuk anak dalam memilih pekerjaan atau karir di masa depan.

Selain itu, kandang ayam juga memiliki makna dalam budaya Jawa bahwa anak harus dijaga oleh hal-hal yang baik saat memasuki kehidupan dewasa nanti.

  1. Menyebarkan Udik-udik Sementara itu, ayah dan kakek dari bayi tersebut menyebarkan “udik-udik”, yaitu koin-koin dan bunga.

Ritual ini memiliki harapan bahwa bayi akan tumbuh menjadi seseorang yang mudah dalam mencari nafkah dan selalu bermurah hati dalam membantu orang lain.

  1. Dimandikan dengan Bunga Sritaman Selanjutnya, bayi tersebut dimandikan atau dibersihkan dengan air bunga Sritaman yang terdiri dari mawar, melati, magnolia, dan kenanga.

Ritual ini melambangkan harapan bahwa bayi tersebut akan membawa rasa hormat, kehormatan, dan ketenaran bagi keluarga.

  1. Dipakaikan Pakaian Baru Setelah menjalani semua ritual, bayi tersebut dipakaikan pakaian baru yang rapi dan indah.

Ritual ini menggambarkan bahwa bayi tersebut harus selalu memiliki kehidupan yang baik dan sejahtera, serta mampu membuat orangtuanya bahagia.

Hidangan Nasi Kotak Untuk Tedhak Siten

Hidangan Untuk tedhak siten biasanya terdiri nasi syukuran nasi kuning, nasi urap atau mungkin nasi campur dengan berbagai ubo rampe misalnya rujak gobet, bubur sengkolo, polo pendemĀ 

tedhak siten itu apa